Mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Pamulang
Virus Digital Mengikis Empati
Senin, 9 Juni 2025 12:09 WIB
Media sosial, yang awalnya dirancang untuk mendekatkan jarak dan memperluas koneksi, kini menjadi medan pertempuran verbal yang tak tehindarkan.
***
Ujaran kebencian dapat diartikan sebagai setiap bentuk ekspresi yang menyerang individu atau kelompok berdasarkan atribut seperti ras, agama, etnis, gender, orientasi seksual, atau pandangan politik. Di media sosial, ujaran ini menemukan ladang subur untuk berkembang biak. Anonimitas yang ditawarkan oleh platform digital seringkali membuat pelaku merasa aman untuk melontarkan komentar-komentar yang di dunia nyata mungkin tidak akan pernah mereka ucapkan. Satu klik bisa menyebarkan benih kebencian ke ribuan, bahkan jutaan, orang.
Dampak ujaran kebencian di media sosial sangatlah nyata dan merusak. Bagi korban, ujaran kebencian dapat menimbulkan trauma psikologis, kecemasan, depresi, bahkan dalam kasus ekstrem, tindakan bunuh diri. Ruang digital yang seharusnya menjadi tempat berekspresi bebas justru berubah menjadi arena intimidasi dan perundungan. Selain itu, ujaran kebencian juga memecah belah masyarakat. Perbedaan pendapat yang seharusnya bisa menjadi kekayaan diskursus, justru dipersempit menjadi permusuhan abadi. Polarisasi semakin meruncing, dan jembatan dialog kian sulit dibangun.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Mengatasi ujaran kebencian bukanlah tugas yang mudah, namun bukan berarti mustahil. Edukasi digital adalah langkah awal yang krusial. Kita perlu memahami bahwa di balik layar, ada manusia dengan perasaan dan martabat yang sama. Berpikir sebelum mengetik, mempertimbangkan dampak kata-kata kita, dan tidak mudah terpancing emosi adalah keterampilan dasar yang harus kita asah.
Peran platform media sosial juga sangat penting. Mereka harus lebih proaktif dalam memoderasi konten dan menindak tegas akun-akun yang menyebarkan ujaran kebencian. Sistem pelaporan yang efektif dan responsif diperlukan agar korban dapat segera mendapatkan perlindungan. Selain itu, literasi digital harus terus digalakkan. Masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk membedakan informasi valid dari hoaks, dan tidak mudah terprovokasi oleh konten-konten provokatif.
Pada akhirnya, tanggung jawab untuk menciptakan ruang digital yang lebih sehat ada di tangan kita semua. Mari kita jadikan media sosial sebagai tempat untuk berbagi ide, menginspirasi, dan membangun empati, bukan sebaliknya. Mari kita lawan ujaran kebencian dengan kebijaksanaan, toleransi, dan rasa hormat terhadap sesama. Dengan demikian, kita bisa merajut kembali benang-benang persatuan yang mungkin sempat terkoyak oleh virus digital ini.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Virus Digital Mengikis Empati
Senin, 9 Juni 2025 12:09 WIBArtikel Terpopuler